Petani Didorong Tinggalkan Varietas Padi Ciherang
Kepala balai besar penelitian tanaman padi, Balitbang RI, Ali Jamil mengharapkan biar para petani sedapat mungkin segera meninggalkan useran varietas padi ciherang untuk sawahnya, dengan menggantinya pada useran varietas padi inpari (inbrid padi irigasi). Pasalnya, padi varietas inpari itu diyakini jauh lebih unggul ketimbang mutu yang dimiliki oleh padi varietas ciherang tersebut.
"Tentu impian kita, petani jangan lagi memakai varietas ciherang itu, alasannya ialah kita memang tidak ingin lagi petani kita dalam bertanam menggunakannya," ujarnya kepada MedanBisnis, Kamis (13/11) di Medan.
Ali menjelaskan, kelebihan pada varietas padi inpari itu ialah dikarenakan telah mempunyai sifat yang unggul. Sebab dalam penciptaannya, varietas inpari tersebut berasal dari indukan ciherang, tetapi sudah dimasukkan sifat-sifat unggul varietas padi lainnya sehingga kekuatannya akan lebih bagus.
"Padi inpari ini maksudnya padi irigasi, jadi bukan padi hibrida. Ia bergotong-royong turunan ciherang yang kita perbaiki sifatnya. Misalnya inpari 30 yang kita sebut sebagai ciherang sub one, artinya sub ini ialah sub urgen atau tergenang yang berarti relatif lebih toleran terhadap rendemen (genangan)," jelasnya.
Sejauh ini, semenjak dirilis pada tahun 2013 yang kemudian lanjut Ali, varietas padi inpari sudah mempunyai banyak jenis yang berbeda-beda fungsi userannya. Dengan yang teranyar ialah Inpari 30, 31 dan 33, yang useran fungsinya sanggup diubahsuaikan sesuai dengan isyarat nomor, sehingga petani tinggal memilihnya saja sesuai dengan kebutuhan.
"Misalnya untuk dataran tinggi diatas 901 mdpl, ada varietas inpari 26, 27, dan 28. Atau untuk beras merah, yaitu inpari 24," sebutnya.
Namun begitu, ujar Ali, sampai sekarang para petani masih condong untuk memakai varietas ciherang ketimbang inpari. Meskipun, sosialisasi untuk penerapannya, menyerupai halnya display di lapangan, sudah dilkamikan supaya nantinya sanggup disampel oleh petani.
"Jika kita look dipetani varietas yang paling banyak dipakai ialah ciherang. Ini kan sosial, tidak gampang memindahkan sesuatu apabila masyarakat sudah terbiasa dan mencicipi enaknya. Makara kita harap semua pihak, mulai dari media, pemerintah, sampai swasta sanggup mensosialisasikan warta ini kepada petani," pintanya.
Mengenai jumlah padi yang sanggup dihasilkan, tambah Ali, sebaliknya relatif rata-rata jumlahnya masih sama dengan ciherang, tetapi dalam hal produktivitas, varietas inpari dinilai sanggup lebih tinggi.
"Ia sanggup diatas 7 ton per hektarenya. Sebab ia memang menyerupai ciherang. Hanya saja penanamannya sudah lebih unggul, alasannya ialah inpari ini ialah sifat ciherang yang sudah kita perbaiki," pungkasnya.
Sumber : medanbisnisdaily.com Sumber https://ayotanioke.blogspot.com
"Tentu impian kita, petani jangan lagi memakai varietas ciherang itu, alasannya ialah kita memang tidak ingin lagi petani kita dalam bertanam menggunakannya," ujarnya kepada MedanBisnis, Kamis (13/11) di Medan.
Ali menjelaskan, kelebihan pada varietas padi inpari itu ialah dikarenakan telah mempunyai sifat yang unggul. Sebab dalam penciptaannya, varietas inpari tersebut berasal dari indukan ciherang, tetapi sudah dimasukkan sifat-sifat unggul varietas padi lainnya sehingga kekuatannya akan lebih bagus.
"Padi inpari ini maksudnya padi irigasi, jadi bukan padi hibrida. Ia bergotong-royong turunan ciherang yang kita perbaiki sifatnya. Misalnya inpari 30 yang kita sebut sebagai ciherang sub one, artinya sub ini ialah sub urgen atau tergenang yang berarti relatif lebih toleran terhadap rendemen (genangan)," jelasnya.
Sejauh ini, semenjak dirilis pada tahun 2013 yang kemudian lanjut Ali, varietas padi inpari sudah mempunyai banyak jenis yang berbeda-beda fungsi userannya. Dengan yang teranyar ialah Inpari 30, 31 dan 33, yang useran fungsinya sanggup diubahsuaikan sesuai dengan isyarat nomor, sehingga petani tinggal memilihnya saja sesuai dengan kebutuhan.
"Misalnya untuk dataran tinggi diatas 901 mdpl, ada varietas inpari 26, 27, dan 28. Atau untuk beras merah, yaitu inpari 24," sebutnya.
Namun begitu, ujar Ali, sampai sekarang para petani masih condong untuk memakai varietas ciherang ketimbang inpari. Meskipun, sosialisasi untuk penerapannya, menyerupai halnya display di lapangan, sudah dilkamikan supaya nantinya sanggup disampel oleh petani.
"Jika kita look dipetani varietas yang paling banyak dipakai ialah ciherang. Ini kan sosial, tidak gampang memindahkan sesuatu apabila masyarakat sudah terbiasa dan mencicipi enaknya. Makara kita harap semua pihak, mulai dari media, pemerintah, sampai swasta sanggup mensosialisasikan warta ini kepada petani," pintanya.
Mengenai jumlah padi yang sanggup dihasilkan, tambah Ali, sebaliknya relatif rata-rata jumlahnya masih sama dengan ciherang, tetapi dalam hal produktivitas, varietas inpari dinilai sanggup lebih tinggi.
"Ia sanggup diatas 7 ton per hektarenya. Sebab ia memang menyerupai ciherang. Hanya saja penanamannya sudah lebih unggul, alasannya ialah inpari ini ialah sifat ciherang yang sudah kita perbaiki," pungkasnya.
Sumber : medanbisnisdaily.com Sumber https://ayotanioke.blogspot.com
Comments
Post a Comment