Lahan Bergaram Di Pesisir Dapat Ditanami, Riau Dapat Surplus Beras

Foto: Dikhy SasraFoto: Dikhy Sasra

Jakarta - Provinsi Riau mempunyai kondisi alam yang sangat khas yaitu dataran rendah dan lahan pesisir yang luas. Bentangan pesisir Riau dari wilayah Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hilir hingga ke Kepulauan Meranti merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk pertanian.

Namun begitu, berdasarkan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau, Kuntoro Boga Andri, banyak dari lahan di daerah ini dibiarkan menjadi rawa atau ditumbuhi semak belukar dan bakau. Padahal daerah miskin di Riau umumnya berada di tempat ini.

Potensi alam inilah yang disasar Kementerian Pertanian (Kementan) untuk diolah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sejauh ini, Kementan tengah berupaya mengoptimalkan lahan-lahan sub optimal ibarat lahan kering.

"Wilayah pesisir Riau sanggup menjadi sumber pertumbuhan ekonomi gres dari sektor pertanian dan lumbung pangan nasional asalkan kita sempurna menentukan penemuan teknologi yang spesifik dan sesuai dengan kondisi lahannya," ujar Kuntoro dalam keterangan tertulis, Rabu (27/12/2017).

Menurutnya, Kementan telah melaksanakan upaya-upaya khusus dan aneka macam terobosan teknologi yang didukung perbaikan infrastruktur pertanian di wilayah tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menjadikan tumbuhan pangan padi, jagung, dan kedelai sebagai komoditas unggulan ekonomi daerah selain sawit, kelapa, dan karet.

Langkah yang ditempuh oleh Kementan tidak hanya terbatas pada pemanfaatan potensi lahan sub optimal di pesisir Riau untuk pemenuhan pangan lokal, namun juga menjadikan daerah ini sebagai pemasok pangan di tempat termasuk ekspor ke Negara tetangga Malaysia dan Singapura.

"Kehadiran teknologi yang sempurna dan pandai ialah harga mati untuk membangun pangan di lahan pesisir. Tantangan cekaman abiotik dan biotik harus disikapi secara bijaksana dan kunci keberhasilan ialah administrasi penemuan yang tepat, sehingga aspek ekonomi pangan bisa terbangun dan kelestarian lingkungan terus berlanjut," terang Kuntoro.

Lanjut dia, pengembangan tumbuhan pangan di tempat lahan pesisir umumnya menghadapi dilema lahan yang mempunyai pH dan kadar garam yang tinggi, dan keracunan Fe. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan akar, batang, dan luas daun berkurang lantaran ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion NaCl, cekaman osmotik, dan kekurangan hara.

Selain itu tingkat serangan hama pengganggu yang tinggi ibarat tikus, orong-orong dan kepinding tanah seringkali mengancam pertanaman petani dan menjadikan gagal panen.

Diungkapkan Kuntoro, ketika ini beberapa lahan pesisir di Riau telah disulap menjadi lumbung pangan dan sentra pertumbuhan ekonomi baru. Di Kabupaten Meranti, BPTP bersama dengan kelompok tani setempat melaksanakan penanaman padi dan jagung di lahan pesisir pada total areal lebih dari 100 hektar.

Tim peneliti BPTP Balitbangtan Riau telah melaksanakan penanaman beberapa jenis padi lokal lahan pesisir di Desa Segomeng, Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Jenis padi lokal yang ditanam di meranti mempunyai beberapa keunggulan ibarat tahan garam, jumlah anakan banyak, ketahanan terhadap hama dan penyakit cukup baik, dan beras disukai masyarakat lokal.

"Pada final Desember ini panen raya akan dimulai di tempat pesisir Meranti seluas 50 hektar dengan varitas yang lebih banyak didominasi ialah Indragiri, Batang piaman, Inpara pelalawan, Inpari 34, Inpari 35 dan Inpara 9," ujar Kuntoro.

Petani setempat telah bisa mengatasi dan merubah tantangan alam dengan mengelola lahan salin (bergaram) di pesisir yang selama ini tidak mempunyai manfaat ekonomis, menjadi lumbung pangan gres Kabupaten Meranti.

Panen di wilayah pesisir juga dinikmati para petani di Pulau Mendol, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan. Dengan potensi lahan 6000 hektar, tempat ini telah dikelola oleh Dinas Pertanian Pelalawan bersama Kementrian Pertanian menjadi lumbung pangan di tempat perbatasan.

BPTP bersama Dinas Pertanian Pelalawan telah melepas 5 Varietas Unggul Baru Padi Pasang Surut (Inpara Pelalawan, Mendol Pelalawan, Bono Pelalawan, Cekau Pelalawan dan Karya Pelalawan) yang sangat adaptif untuk tempat pesisir dan disukai petani lokal dengan produktivitas mencapai 6-7 ton/hektar gabah kering giling (GKG).

Pengembangan padi organik secara masif dilakukan di Kecamatan Kuala Kampar yang mana petani membudidayakan padi mereka dengan minimal input dan akhirnya berpotensi menjadi beras khusus (indikasi geografis dan organik).

Hamparan lahan seluas 6000 hektar sawah di tempat perbatasan dengan Malaysia ini akan menjadi sentra pertumbuhan gres untuk Kabupaten Pelalawan, sekaligus daerah produsen komoditas pangan untuk ekspor ke Malaysia dan Singapura. Dari Pulau Mendol saja dihasilkan 12-15 ribu ton beras yang siap memenuhi kebutuhan pasar di perbatasan Sumatra Riau dan Malaysia, Singapura.

Panen di tempat pesisir lain Provinsi Riau juga mulai dirasakan di Kabupaten Indragiri Hilir dan Dumai. Panen di tempat pesisir Riau akan dimulai final bulan Desember dan akan mencapai puncaknya pada Akhir Januari yang akan datang.

"Kawasan ini siap menjadi lumbung pangan yang sanggup merubah Provinsi Riau yang semula defisit kebutuhan berasnya menjadi swasembada dan surplus pangan. Potensi lahan pesisir di Riau perlahan tapi niscaya akan dipersiapkan menjadi salah satu lumbung pangan bagi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan," pungkas Kuntoro.
Sumber detik.com

Comments

Popular posts from this blog

Kriteria dan Cara Pemilihan Bibit KAKAO Unggul Berkualitas Tinggi

Panen Lebih Awal, Kementan Optimistis Pasokan Beras Cukup

Tips Okulasi kelengkeng Sendiri Sampai Pemilihan Bibit yang baik